Aset Masyarakat Asia Masih Didominasi Uang Tunai, Properti Kehilangan Dominasi untuk Pensiun

Aset Masyarakat Asia Masih Didominasi Uang Tunai, Properti Kehilangan Dominasi untuk Pensiun

Kolom Narasi — Semakin banyak masyarakat di Asia yang kini memprioritaskan tujuan hidup dan kualitas hidup dalam menghadapi masa hidup yang lebih panjang. Fenomena ini seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup di kawasan Asia yang mendorong individu untuk memikirkan perencanaan masa depan dengan perspektif baru. Dalam konteks ini, bukan hanya kuantitas hidup yang menjadi fokus, tetapi juga kualitas hidup yang dijalani sehari-hari.

Data terbaru dari Laporan Asia Financial Resilience and Longevity 2025 yang di rilis oleh Manulife Wealth & Asset Management (Manulife WAM) menunjukkan tren yang menarik terkait perilaku finansial masyarakat Asia. Meskipun banyak individu ingin hidup mandiri dan sehat di masa pensiun. Kenyataannya, mereka masih menghadapi tantangan signifikan untuk mencapai ketahanan keuangan jangka panjang. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan antara keinginan dan kesiapan finansial masyarakat untuk menghadapi masa pensiun yang lebih panjang.

Laporan ini berfokus pada empat negara di Asia, yakni Hong Kong, Malaysia, Indonesia, dan Filipina. Fokus ini memperkuat komitmen Manulife dalam mendorong masyarakat untuk mempersiapkan diri menghadapi masa hidup yang lebih panjang. Salah satu wujud nyata dari komitmen ini adalah peluncuran Manulife Longevity Institute, sebuah platform global yang di rancang untuk mendorong aksi nyata agar masyarakat dapat hidup lebih lama. Lebih sehat, dan lebih aman secara finansial. Platform ini di harapkan menjadi pendorong kesadaran bagi individu untuk menyiapkan masa depan dengan lebih matang, baik dari sisi kesehatan maupun finansial.

Calvin Chiu, Head of Asia Retirement. Manulife. Sekaligus Chief Executive Officer Manulife Investment Management Hong Kong, menuturkan bahwa usia panjang telah mengubah paradigma masyarakat Asia terkait pensiun. Pensiun kini bukan lagi sekadar soal hidup lebih lama. Tetapi tentang hidup lebih baik. Konsep keberhasilan di masa pensiun kini di ukur melalui kemampuan untuk tetap mandiri secara finansial. Menjaga kesehatan tubuh dan mental. Serta mencapai kesejahteraan secara menyeluruh. Menurut Calvin, masyarakat semakin menyadari pentingnya kualitas hidup, yang mencakup aspek finansial, kesehatan, dan keseimbangan hidup secara keseluruhan.

Hidup Lebih Baik, Bukan Sekadar Lebih Lama menjadi filosofi utama yang di pegang oleh masyarakat Asia dalam memandang masa pensiun. Mayoritas responden dalam laporan ini menekankan bahwa kualitas hidup lebih penting di bandingkan hanya menambah panjang umur. Kurang dari satu dari sepuluh responden menyatakan ingin hidup lebih lama tanpa memperhatikan kondisi atau kualitas hidup yang di jalani. Sebaliknya, setengah dari responden menginginkan hidup yang bermakna, sementara lebih dari sepertiga menyatakan tidak ingin menjadi beban bagi orang lain. Hal ini menunjukkan adanya kesadaran tinggi akan tanggung jawab diri dan keluarga dalam merencanakan masa depan.

Calvin Chiu menambahkan, Saat membayangkan masa tua. Mereka berharap tetap mandiri secara finansial, aktif secara fisik dan mental, serta menua dengan anggun sambil mempertahankan standar hidup yang di inginkan. Pernyataan ini menggambarkan perubahan paradigma yang signifikan dari generasi sebelumnya, yang cenderung melihat pensiun hanya sebagai fase untuk berhenti bekerja. Generasi sekarang menekankan bahwa pensiun adalah waktu untuk menjalani hidup yang bermakna, menjaga kualitas hidup, dan tetap memberikan kontribusi positif bagi diri sendiri maupun orang-orang di sekitarnya.

Selain itu, laporan ini juga menyoroti perubahan dalam portofolio finansial masyarakat Asia. Meskipun properti sering di anggap sebagai aset penting, kini uang tunai masih mendominasi portofolio masyarakat. Hal ini menandakan bahwa masyarakat lebih memilih fleksibilitas dan likuiditas di bandingkan aset jangka panjang yang kurang mudah di cairkan. Fenomena ini juga menunjukkan perlunya edukasi finansial lebih lanjut agar individu dapat menyeimbangkan antara keamanan finansial jangka pendek dan perencanaan jangka panjang, terutama menjelang masa pensiun.

Dengan meningkatnya harapan hidup dan perubahan prioritas ini, perencanaan pensiun di Asia tidak lagi hanya tentang menabung atau memiliki properti. Lebih dari itu, perencanaan ini harus mencakup strategi untuk menjaga kesehatan, kesejahteraan mental, dan independensi finansial. Laporan ini menegaskan bahwa masyarakat perlu mempersiapkan diri sejak dini untuk menghadapi masa hidup yang lebih panjang dengan kualitas yang tetap tinggi.